KESABARAN DALAM MEMPERBAIKI DIRI


Assalamu’alaikum ya akhi.. ya ukhti.. Bismillahirrahmanirrahim..

Ana akan coba menulis ulang apa isi pengajian yang disampaikan oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) di Masjid Daarut Tahiid, Geger Kalong, Bandung malam jum’at kemarin. Semoga tulisan ana bermanfaat dan dapat menjadi cambuk diri ana sendiri sebagai penulis.

Dalam memperbaiki diri harus memperhatikan perioritas kita, karena waktu yang ada terbatas sedangkan banyak sekali yang ingin kita lakukan. Dalam hal ini kita harus sabar, sabar untuk perbaikan diri. Kita harus mengenali dan terus-menerus mengoreksi apa masalah serta dosa-dosa yang pernah kita lakukan mulai dari baligh hingga sekarang.

Sahabatku.. sibuklah dengan menuntut diri sendiri untuk berubah, jangan sampai kita sibuk menuntut orang lain untuk berubah. Karena kita tidak dapat merubah orang lain jika diri kita belum berubah. Bagaikan sikat kotor yang digunakan untuk mencuci pakaian kotor, dapatkah digunakan untuk membersihkan jika alat pembersihnya sendiri kotor, betul betul betul? Justru pakaian yang akan disikat akan bertambah kotorannya. Urusan kita adalah dengan kehinaan kita sendiri dan yang pasti mencelakan kita adalah zolamtu nafsi (keburukan diri sendiri).

Dalam Alqur’an surah An-Nisa ayat 79 Allah SWT. berfirman yang artinya, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan Cukuplah Allah Menjadi Saksi.”

Apapun yang terjadi dalam hidup kita, hanya satu gol nya, kita harus menjadi lebih baik. Kita harus camkan dalam hati kita, “saya harus lebih baik! saya harus periksa kesalahan saya! dan mati-matian untuk berubah!”

Orang yang sibuk mencari alasan, dia tidak akan pernah bisa bertaubat (Gymnastiar, 2011). Maksudnya begini, jika pada saat kita ingin melakukan atau diajak melakukan kebaikan, kita terus mencari-cari alasan dimana alasan tersebut sebenarnya melemahkan diri sendiri. Misalnya, disaat kita diajak oleh saudara kita sholat ke masjid, kita terus mencari alasan dengan berkata, “ah nanti aja, si fulan aja males ke masjid.” Dengan mencari alasan si ini si itu si dia siapa saja yang dijadikan alasan hanya melemahkan diri sendiri dan cenderung tidak dapat maju. Dalam hal ini jangan salah pilih pembanding, jika ingin bisa bertaubat. Jika ingin membandingkan, jangan bandingkan dengan si fulan tetapi bandingkan dengan para nabi dan para sahabatnya. Bagaimana?

Perbanyaklah tafakur sedalam-dalamnya. Luangkan waktu lebih banyak untuk menemukan kebencian, kedengkian, kemunafikan, dan kemusyrikan yang ada di dalam diri kita. Jika kita telah menemukan itu semua Insya Allah kita dapat bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Jika kita gigih dan sibuk perbaiki diri, pada saat yang bersamaan, kita juga sedang memperbaiki orang lain. Gigih dalam memperbaiki diri sudah dianggap da’wah. Siapapun yang masuk dan ikut berda’wah pasti akan mengalami cacian, makian, maka dari itulah kesabaran sangat dibutuhkan. Kita dapat berdo’a pada Allah agar manusia tidak mencaci, memaki, mengejek jika kita ikut dalam da’wah.  Terserah bagaimana penilaian manusia, asalkan Allah suka dan ridho maka harus kita lakukan. Jika kita masih butuh pengakuan orang (ria) akan perubahan kita, artinya kita belum ikhlas, karena kita hanya butuh pengakuan Allah dalam hal ini. Bayangkan jika Allah membuka aib kita, apakah orang lain masih akan mengharigai kita? Wakafaa billaahi syahiidaa, cukuplah Allah sebagai saksi.

Gigih dalam memperbaiki diri adalah cara yang paling mudah untuk merubah orang lain. Dengan ini bukan hanya mulut kita yang berbicara, tetapi sekujur tubuh kita ikut berbicara karena kesabaran kita dan kegigihan kita dalam memperbaiki diri.

Kesimpulannya, dalam memperbaiki diri terdapat hal-hal yang harus kita koreksi terlebih dahulu,

1. Periksa kemusyrikan kita, siapakah yang kita Tuhankan?

2. Periksa kemunafikan kita, apakah kita sibuk dengan “Topeng”?

3. Periksa kedengkian kita.

4. Periksa apakah kita haus akan penilaian manusia?

Yang paling penting adalah, setiap hari kita harus memperbaharui diri kita. Insya Allah kita selamat dunia akhirat. Aamiin.

Syukronkatsir yang sudah baca, mohon koreksinya jika ana salah menulis. Semoga dapat menjadi renungan kita bersama, dan bersama-sama kita taubatannasuha. Hidup di dunia hanya sementara, masih ada akhirat yang abadi dan kekal selama-lamanya.

Subhanakallahummawabihamdik asyhaduanlailaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaiik.

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar