LAPORAN 4 (Pengamatan Bentuk Kapang dan Pemeliharaan Kultur Mikroorganisme)

VI. PEMBAHASAN

            Laporan ini akan membahas hasil praktikum pengamatan bentuk kapang dan pemeliharaan kultur mikroorganisme yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2011.

5.1 Pengamatan Bentuk Kapang

            Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang becabang disebut hifa. Kumpulan dari hifa disebut miselium. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang disebut miselium.

            Hifa mungkin tumbuh dibawah permukaan yaitu terendam di dalam substrat/makanan, atau pertumbuhannya mungkin muncul diatas permukaan substrat/makanan. Pertumbuhan atau perpanjangan hifa dimulai dengan pembelahan inti, yaitu dapat dimulai dari bagian tengah yang disebut pertumbuhan interkalar, atau bagian dari ujung hifa yang disebut pertumbuhan apikal.

            Hifa dikelilingi oleh dinding sel tegar yang terdiri dari polisakarida. Kandungan tertinggi dalam dinding sel pada kebanyakan kapang adalah selulosa, tetapi pada beberapa kapang dinding selnya terutama terdiri dari khitin. Hifa mungkin berbentuk kumpulan miselium yang padat dan keras dengan dinding sel yang tebal. Struktur ini disebut sklerotium yang bersifat tahan terhadap pemanasan dan keadaan kering.

Hifa pada kebanyakan kapang biasanya terang, tetapi pada beberapa kapang agak keruh dan gelap. Secara mikroskopik, hifa terlihat tidak berwarna dan transparan, tetapi secara makroskopik kumpulan hifa mungkin berwarna. Struktur miselia mungkin spesifik untuk beberapa jenis kapang, sehingga dapat digunakan untuk  identifikasi.

Sistem reproduksi kapang ada dua macam sistem reproduksi, yaitu:

  1. Reproduksi aseksual

Secara aseksual, kapang dapat tumbuh dari sepotong miselium, tetapi cara ini jarang terjadi, dan yang paling umum terjadi adalah pertumbuhan dari spora aseksual.

  1. Reproduksi seksual

Reproduksi seksual dimulai dari spora seksual, dan kapang yang mempunyai spora seksual disebut kapang sempurna (perfect mold), yaitu terdiri dari :

a)   Oomycetes dan Zygomycetes (nonseptat).

b)   Ascomycetes dan Basidiomycetes (septat).

 
   

Berikut ini adalah gambar bagian-bagian kapang pada Rhizopus.

Gambar 1. bagian-bagian kapang pada Rhizopus

(sumber: Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan)

Rhizopus sering disebut juga kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti. Spesies Rhizopus yang umumnya ditemukan pada roti adalah R. stolonifer dan R. nigricans. Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah mempunyai hifa nonaseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofora tumbuh pada noda di mana terbentuk juga rhizoid, sporangiospora biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis bebentuk seperti cangkir, membentuk hifa vegetatif yang melakukan penetrasi pada substrat, dan hifa fertil yang memproduksi sporangiospora pada ujung sporangiofora, pertumbuhannya cepat, dan membentuk miselium seperti kapas (Fardiaz, 1992).

Kapang juga memiliki sifat-sifat fisiologi, yaitu:

a)            Kebutuhan air

Pada umumnya, kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri.

b)            Suhu Pertumbuhan

Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30oC, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37oC, atau lebih tinggi. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih dapat tumbuh lambat pada suhu di bawah suhu pembekuan, misalnya pada suhu -50C sampai-100C. Beberapa kapang juga bersifat termofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu tinggi.

c)            Kebutuhan oksigen dan pH.

Semua kapang bersifat aerobik yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas, yaitu pH 2-8.5, tetapi biasanya pertumbuhannnya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah.

d)           Makanan

Pada umumnya kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana sampai kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misalnya amilase, pektinase, proteinase dan lipase. Oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein, atau lipid.

e)            Komponen Penghambat

Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotic, tetapi beberapa komponen lain bersifat mikostatik atau fungistatik yaitu menghambat pertumbuhan kapang.

            Sebelum melakukan pengamatan terhadap bentuk kapang, praktikan harus menyiapkan media agar PDA untuk pertumbuhan kapang pada gelas objek yang kemudian akan diletakkan di atas kertas saring dalam cawan petri besar. Langkah pertama adalah membersihkan gelas objek dengan kapas beralkohol 70%. Setelah dibersihkan lalu keringkan. Teteskan media agar PDA diatas gelas objek dan biarkan hingga membeku. Setelah agar membeku, potong satu sisi tetesan agar tadi dan pisahkan potongan tersebut. Kemudian ambil satu ose kapang dan tekan ose tersebut ditepi agar yang telah dipotong tadi. Setelah itu ambil vaselin dengan tusuk gigi steril dan oleskan ke empat sudut pada cover glass dan letakkan diatas agar tadi. Cover glass berfungsi untuk mengatur sirkulasi dengan kondisi aerob. Kemudian teteskan aquades steril di atas kertas saring untuk memberikan suasana yang lembab, karena kapang tumbuh dengan optimal pada lingkungan yang lembab. Setelah seluruh langkah selesai, kemudian di inkubasi selama 48 jam pada suhu kamar, atau sekitar 24°C.

            Setelah kapang dieramkan selama 48 jam, mikrokultur tersebut siap diperiksa langsung dibawah mikroskop. Hasil pengamatan terhadap bentuk kapang di bawah mikroskop adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Pengamatan Bentuk Kapang

Kelompok

Media

Perbesaran

Gambar

Keterangan

IIIA

NA

10/0,25

 

-Hanya terdapat hifa

-warna : kecoklatan

 

            Dilihat dari gambar hasil pengamatan, menunjukkan bahwa pengamatan yang sudah dilakukan di bawah mikroskop tidak sesuai literatur, karena hanya bagian hifa saja yang terlihat di bawah mikroskop. Pada gambar tersebut tidak terlihat bagian-bagian kapang secara utuh. Salah satu penyebab kesalahan ini adalah kurangnya kecakapan praktikan menggunakan mikroskop sehingga yang terlihat hanya bagian hifanya saja. Kesalahan lain yaitu karena adanya kontaminan pada saat menanamkan kapang pada tepi agar yang telah di potong.

 

 

5.2 Pemeliharaan Kultur Mikroorganisme

            Pemeliharaan kultur mikroorganisme umumnya menggunakan medium yang sudah disterilisasi, baik berupa medium cair maupun medium padat dan dilakukan secara aseptik. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur cair yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu medium cair dengan suhu dan waktu inkubasi tertentu tergantung pada jenis mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan adanya kekeruhan, bentuk cincin, pelikel, dan flokulen serta ada tidaknya endapan. Kultur cair dapat disimpan dengan cara dibekukan atau dikeringkan sehingga sel-sel mikroorganisme berada dalam keadaan dorman yaitu tidak dapat tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak mati. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur padat yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu media padat, baik dengan metode agar miring, agar tegak maupun agar cawan.

Agar dapat mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme, maka setiap mikroorganisme yang berbeda dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuk suatu kultur murni yang disebut isolat. Kultur murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies atau satu galur mikroorganisme. Kultur murni dapat diperoleh dengan cara isolasi baik dengan menggunakan metode gores (streak), metoda tanam (plant), metoda tusuk (stab), dan metoda tuang.

 

 

5.2.1 Isolasi bakteri

            Isolasi bakteri pada praktikum ini dilakukan dengan metode gores dan agar tuang. Metode gores atau disebut juga dengan teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri (Anonim, 2006). Prosedur pembuatan metode ini yaitu sampel dibuat suspensi, lalu diambil dengan jarum inokulasi dan digoreskan pada medium cawan petri dengan pola tertentu sehingga koloni-koloni yang tumbuh terpisah satu dari yang lainnya dan dapat diisolasi lebih lanjut. Terdapat beberapa jenis pola goresan yag biasa digunakan dalam proses penginokulasian mikroorganisme, yaitu goresan langsung, goresan kuadran dan goresan radian. Setelah isolasi bakteri selesai, cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 30-320C selama 2-3 hari. Selama inkubasi sel-sel yang masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat terlihat langsung dengan mata. Penginkubasian dalam posisi terbalik ini bertujuan agar ketika pada cawan petri terbentuk uap air, air tersebut tidak menetes pada koloni sehingga merusak koloni yang kemudian akan tumbuh.

                Pada metode gores, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan koloni lain. Hasil pengamatan isolasi bakteri dengan metode gores dapat dilihat pada tabel 2.

           
           

 

 

 

 

   Goresan Langsung                              Goresan kuadran                               Goresan radian

 

Tabel 2. Hasil Pengamatan dengan Metode Gores

Kel.

Sampel

Media

Jumlah

Koloni

Warna

Metode

Gambar

 

IA

Lactobacillus bulgaricus

(C)

NA

262

Putih

Langsung

 

 

IIA

Lactobacillus thermophilus (D)

NA

38

Putih

Langsung

 

IIIA

Lactobacillus acidophilus (A)

NA

110

Putih

Kuadran

 

IVA

Bifidobacterium bifidum (B)

NA

58

Putih Ke-cokla-tan

Radian

 

 

            Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok IIIA mengisolasi bakteri dengan metode goresan kuadran dengan menggunakan bakteri Lactobacillus acidophilus pada media NA. Setelah diinkubasi, kemudian dilakukan perhitungan koloni dengan Colony Counter. Jumlah koloni adalah sebanyak 110 koloni yang berwarna putih. Pada goresan pertama, koloni tumbuh padat dan berhimpitan. Pada goresan kedua dan seterusnya koloni mulai tumbuh jarang dan berjauhan. Kemudian kelompok IVA mengisolasi bakteri dengan metode goresan radian dengan menggunakan bakteri Bifidobacterium bifidum pada media NA. Setelah diinkubasi, kemudian dilakukan perhitungan koloni dengan Colony Counter. Jumlah koloni adalah sebanyak 58 koloni yang berwarna putih kecoklatan. Pada goresan pertama, koloni tumbuh padat dan berhimpitan. Pada goresan kedua dan seterusnya koloni mulai tumbuh jarang dan berjauhan. Kemudian kelompok IA mengisolasi bakteri dengan metode goresan langsung dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus pada media NA. Setelah diinkubasi, kemudian dilakukan perhitungan koloni dengan Colony Counter. Jumlah koloni adalah sebanyak 262 koloni yang berwarna putih. Pada goresan pertama, koloni tumbuh padat dan berhimpitan. Pada goresan kedua dan seterusnya koloni mulai tumbuh jarang dan berjauhan. Kemudian kelompok IIA mengisolasi bakteri dengan metode goresan langsung dengan menggunakan bakteri Lactobacillus thermophilus pada media NA. Setelah diinkubasi, kemudian dilakukan perhitungan koloni dengan Colony Counter. Jumlah koloni adalah sebanyak 38 koloni yang berwarna putih. Pada goresan pertama, koloni tumbuh padat dan berhimpitan. Pada goresan kedua dan seterusnya koloni mulai tumbuh jarang dan berjauhan.

            Setelah mengisolasi bakteri dengan metode gores, bakteri juga dapat di isolasi dengan metode agar tuang. Metode agar tuang adalah suatu teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count) (Anonim, 2006).  Media yang digunakan pada praktikum ini adalah media agar cawan NA, biasanya media ini digunakan untuk mengisolasi bakteri. Keuntungan dari metode ini adalah bakteri yang dihasilkan tersebar merata dan berjumlah banyak.

Prosedur metode ini yaitu sample dibuat suspensi terlebih dahulu melalui serangkaian pengenceran, fungsi pengenceran adalah untuk mengurangi konsentrasi mikroorganisme. Pengenceran dilakukan secara desimal yaitu 10-1, 10-2, dan 10-3. Larutan untuk pengenceran berupa larutan buffer fosfat atau larutan NaClfis 0,85%. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menimbang sampel padat berupa roti sebanyak 1 gram dan roti tersebut dihaluskan dengan menggunakan tumbukan sampai teksturnya seperti bubuk. Kemudian masukkan kedalam 9 ml larutan pengencer dan dikocok sebanyak kira-kira 25 kali. Setelah itu ambil 1 ml larutan tersebut dengan menggunakan pipet dan masukkan larutan tersebut kedalam 9 ml larutan pengencer yang dikehendaki dalam tabung reaksi. Lakukan pengenceran sampai 10-3.

Pada metode tuang yang kita lakukan, sampel tersebut kemudian di ambil sebanyak 1 ml dan disimpan dalam cawan petri steril, yang kemudian akan ditambahkan dengan media NA cair. Media NA cair yang ditambahkan harus berada pada suhu yang tepat, yaitu tidak terlalu panas. Karena suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan mikroorganisme pada sampel akan mati. Cawan Petri yang telah terisi sampel dan medium NA tersebut harus digerak – gerakkan membentuk angka delapan. Hal ini bertujuan agar sampel dan medium tercampur dengan baik. Setelah itu, diamkan hingga beku untuk selanjutnya diinkubasi dalam posisi terbalik selama 2-3 hari pada suhu 30-32°C. Selama inkubasi sel-sel yang masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat terlihat langsung dengan mata. Penginkubasian dalam posisi terbalik ini bertujuan agar ketika pada cawan petri terbentuk uap air, air tersebut tidak menetes pada koloni sehingga merusak koloni yang kemudian akan tumbuh.

Hasil pengamatan isolasi bakteri dengan metode agar tuang pada pengenceran 10-2 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Metode Agar Tuang (Pengenceran 10-2)

Kel.

Sampel

Media

Jumlah

Koloni

Warna

Faktor Pengenceran

Gambar

 

IA

Air Mineral

NA

5

Putih

 

 

 

 

IIA

Lada Bubuk

NA

540

Putih

 

 

 

IIIA

Roti

NA

36

Putih

 

 

 

IVA

Jus Jeruk

NA

372

Putih Buram

   

 

            Tabel 3 menunjukkan bahwa isolasi bakteri dengan metode agar tuang pada pengenceran 10-2. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah air mineral, lada bubuk, roti, dan jus jeruk serta akan dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri dengan menggunakan Colony Counter. Jumlah koloni per ml per gram dapat dihitung dengan cara:  . Hasil pengamatan pada tabel 3 menunjukkan bahwa kelompok IIIA dengan sampel roti pada media NA memiliki 36 koloni bakteri yang berwarna putih. Faktor pengencerannya adalah . Kemudian kelompok IVA dengan sampel jus jeruk pada media NA memiliki 372 koloni bakteri yang berwarna putih buram. Faktor pengencerannya adalah . Kemudian kelompok IA dengan sampel air mineral pada media NA memiliki 5 koloni bakteri yang berwarna putih. Faktor pengencerannya adalah . Kemudian kelompok IIA dengan sampel lada bubuk pada media NA memiliki 540 koloni bakteri yang berwarna putih. Faktor pengencerannya adalah .

Tabel 4. Metode Agar Tuang (Pengenceran 10-3)

Kel.

Sampel

Media

Jumlah

Koloni

Warna

Faktor Pengenceran

Gambar

 

IA

Air Mineral

NA

7

Putih

 

 

 

 

IIA

Lada Bubuk

NA

163

Putih

 

 

 

IIIA

Roti

NA

8

Putih

 

 

 

IVA

Jus Jeruk

NA

310

Putih Keruh

   
               

 

            Tabel 4 menunjukkan bahwa isolasi bakteri dengan metode agar tuang pada pengenceran 10-3. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah air mineral, lada bubuk, roti, dan jus jeruk serta akan dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri dengan menggunakan Colony Counter. Jumlah koloni per ml per gram dapat dihitung dengan cara:  . Hasil pengamatan pada tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok IIIA dengan sampel roti pada media NA memiliki 8 koloni bakteri yang berwarna putih. Faktor pengencerannya adalah . Kemudian kelompok IVA dengan sampel jus jeruk pada media NA memiliki 310 koloni bakteri yang berwarna putih keruh. Faktor pengencerannya adalah . Kemudian kelompok IA dengan sampel air mineral pada media NA memiliki 7 koloni bakteri yang berwarna putih. Faktor pengencerannya adalah . Kemudian kelompok IIA dengan sampel lada bubuk pada media NA memiliki 163 koloni bakteri yang berwarna putih. Faktor pengencerannya adalah .

            Jadi, jika sel mikroorganisme yang masih hidup di tumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroorganisme tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata dengan bantuan Colony Counter dan mikroskop. Hasil perhitungan bakteri ini tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.

5.2.2 Pemeliharaan Kultur Cair

            Pemeliharaan kultur cair adalah penyimpanan dan pemeliharaan kultur cair dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu medum cair dengan suhu dan waktu inkubasi tertentu, tergantung pada jenis mikroorganisme. Kultur cair biasanya tidak tahan lama, maksimal 2 minggu karena kultur cair rentan terhadap kontaminasi. Pemeliharaan kultur cair ini yang diamati adalah karakteristik kekeruhannya. Tiap mikroorganisme memiliki karakteristik turbiditas (kekeruhan) yang berbeda-beda. Ada diantara mikroorganisme yang membentuk partikel melayang (flocculent) di dalam media broth. Ada yang tersedimentasi, melayang di permukaan saja (pellicle) dan ada pula yang melayang di permukaan berbentuk seperti cincing (ring) (anonim, 2006). Berikut adalah contoh gambar kemungkinan pertumbuhan bakteri dalam media kultur cair.

               
           
       
 

 

 

 

 

                    Cincin                             pelikel                               flokulen                        membran

            Sebelum melakukan pengamatan, siapkan terlebih dahulu medium NB steril kemudian masukkan kedalam tabung reaksi steril. Ambil 1 loop (ose) kultur murni dan masukkan kedalam medium NB. Kemudian diinkubasi pada suhu 30-320C selama 48 jam.

 

 

 

Tabel 5. Pemeliharaan Kultur Cair

Kel.

Sampel

Media

Gambar

Keterangan

IA

Lactobacillus bulgaricus

(C)

NB

 

– terdapat kekeruhan pada lapisan permukaan

– terdapat endapan pada bagian permukaan

– pertumbuhan mikroorganisme berupa pelikel

IIA

Lactobacillus thermophilus (D)

NB

 

Agar cair yang dibuat mengalami kontaminasi kapang

IIIA

Lactobacillus acidophillus

(A)

NB

 

-terdapat kekeruhan pada lapisan permukaan

– terdapat endapan pada bagian permukaan

– pertumbuhan mikroorganisme berupa membran

IVA

Bifidobacterium bifidum (B)

NB

 

-terdapat kekeruhan pada lapisan permukaan

– terdapat endapan pada bagian permukaan

– pertumbuhan mikroorganisme berupa flokulen

 

           

Hasil pengamatan pemeliharaan kultur cair dapat dilihat pada tabel 5. Hasil pengamatan kelompok IIIA menunjukkan bahwa pada medium NB terdapat kekeruhan pada lapisan permukaan, terdapat endapan pada bagian permukaan, dan pertumbuhan pada permukaan berupa membran.  Hasil pengamatan kelompok IVA menunjukkan bahwa pada medium NB terdapat kekeruhan pada lapisan permukaan, terdapat endapan pada bagian permukaan, dan pertumbuhan pada permukaan berupa flokulen. Hasil pengamatan kelompok IA menunjukkan bahwa pada medium NB terdapat kekeruhan pada lapisan permukaan, terdapat endapan pada bagian permukaan, dan pertumbuhan pada permukaan berupa pelikel. Hasil pengamatan kelompok IIA menunjukkan bahwa pada medium NB mengalami kontaminasi kapang sehingga pertumbuhan bakterinya tidak berbentuk cincin, pelikel, flokulen, maupun membran.

            Dalam pemeliharaan kultur terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga tidak hanya mempertahankan sel agar tetap hidup, tetapi dapat juga mempertahankan sifat-sifat genotip dan fenotipnya. (Winiati, 2000)

5.2.3 Pemeliharaan Kultur Padat

Pemeliharaan kultur padat adalah menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu media padat (dengan menggunakan agar), baik dengan metode agar miring maupun agar tegak.

Metode agar miring adalah kultivasi biakan mikroba ke dalam medium agar yang dibekukan dalam posisi miring di dalam tabung reaksi untuk melihat karakteristik koloni bakteri yang tumbuh. (anonim, 2006). Pada saat mengoleskan sampel pada agar, jangan sampai merusak agarnya. Pengolesan hanya dilakukan pada permukaannya saja. Agar tegak biasanya hanya bisa dipakai maksimal selama 1 bulan. Berikut gambar beberapa kemungkinan pertumbuhan bakteri pada agar miring.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Pertumbuhan Bakteri pada Agar Miring

(sumber: www.sith.itb.ac.id/mgbm/bm405p-6.pdf)

            Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan bakteri pada agar miring dapat di lihat pada tabel 6.

Tabel 6. Pemeliharaan Kultur Padat (Agar Miring)

Kel

Sampel

Media

Gambar

Keterangan

IA

Lactobacillus bulgaricus

(C)

NA

 

– pertumbuhan mikroorganisme berupa efus

IIA

Lactobacillus thermophilus (D)

NA

 

– pertumbuhan mikroorganisme berupa efus

IIIA

Lactobacillus acidophillus

(A)

NA

 

 – pertumbuhan mikroorganisme berupa beaded

IVA

Bifidobacterium bifidum (B)

NA

 

– pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform

 

            Hasil pengamatan kelompok IIIA dengan sampel bakteri Lactobacillus acidophilus menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa beaded. Kemudian hasil pengamatan kelompok IVA dengan sampel bakteri Bifidobacterium bifidum menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa filiform. Kemudian hasil pengamatan kelompok IA dengan sampel bakteri Lactobacillus bulgaricus menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa efus. Kemudian hasil pengamatan kelompok IIA dengan sampel bakteri Lactobacillus thermophilus menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa efus.

Setelah melakukan pengamatan pertumbuhan bakteri pada agar miring, pengamatan pertumbuhan bakteri juga diamati pada agar tegak. Agar tegak digunakan untuk membiakkan mikroorganisme yang bersifat aerobik. Agar tegak biasanya dapat dipakai maksimal selama 1,5 bulan. Cara pembuatan agar tegak ini sama seperti pada pembuatan agar miring. Perbedaannya adalah agar tidak dibekukan dalam posisi miring, tetapi posisinya tegak dalam tabung reaksi. Pada saat menusukkan ose pada agar tegak, usahakan jangan menusukkan ose sampai ke dasar tabung reaksi. Berikut adalah contoh pertumbuhan Mikroorganisme pada agar tegak.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3. Pertumbuhan Mikroorganisme pada Agar Tegak

(sumber:http://lh5.ggpht.com/_kFz4vOoppxQ/SSKmERzREsI/AAAAAAAAAYE/FUxaHkAD0IM/clip_image0124.jpg)

            Hasil pengamatan pertumbuhan mikroorganisme pada agar tegak dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Pemeliharaan Kultur Padat (Agar Tegak)

Kel

Sampel

Media

Gambar

Keterangan

IA

Lactobacillus bulgaricus

(C)

NA

 

– pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform

-pada permukaan terdapat koloni mikroorganisme

IIA

Lactobacillus thermophilus (D)

NA

 

-pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform

-pada permukaan terdapat koloni mikroorganisme

IIIA

Lactobacillus acidophillus

(A)

NA

 

-pertumbuhan mikroorganisme berupa papilet

-pada permukaan terdapat koloni mikroorganisme

IVA

Bifidobacterium bifidum (B)

NA

 

-pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform

-pada permukaan terdapat koloni mikroorganisme

 

            Hasil pengamatan kelompok IIIA dengan sampel bakteri Lactobacillus acidophilus menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa papilet dan pada permukaan agar terdapat koloni mikroorganisme. Kemudian hasil pengamatan kelompok IVA dengan sampel bakteri Bifidobacterium bifidum menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa filiform dan pada permukaan agar terdapat koloni mikroorganisme. Kemudian hasil pengamatan kelompok IA dengan sampel bakteri Lactobacillus bulgaricus menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa filiform dan pada permukaan agar terdapat koloni mikroorganisme.. Kemudian hasil pengamatan kelompok IIA dengan sampel bakteri Lactobacillus thermophilus menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganismenya berupa filiform dan pada permukaan agar terdapat koloni mikroorganisme.

VII. KESIMPULAN

  • Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
  • Pertumbuhan kapang ditandai dengan pertumbuhan miselium.
  • Bagian-bagian Rhizopus yaitu sporangium, sporangiospora, apofisis, kolumela, sporangiofora, stolon, noda, dan rizoid.
  • Pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan adanya kekeruhan, bentuk cincin, pelikel, dan flokulen serta ada tidaknya endapan.
  • Kultur murni dapat diperoleh dengan cara isolasi baik dengan menggunakan metode gores (streak), metoda tanam (plant), metoda tusuk (stab), dan metoda tuang.
  • Jika sel mikroorganisme yang masih hidup di tumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroorganisme tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata dengan bantuan Colony Counter dan mikroskop.
  • Hasil perhitungan bakteri pada praktikum ini tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
  • Pertumbuhan bakteri pada agar miring dapat berupa filiform, ekinulat, beaded, efus, arboresen, dan rhizoid.
  • Pertumbuhan bakteri pada agar tegak dapat berupa filiform, beaded, papilet, arboresen, dan vilous.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. TEKNIK DASAR ANALISA MIKROBIOLOGI www.sith.itb.ac.id/mgbm/bm405p-6.pdf (diakses 15 Maret 2011).

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winiati. 2000. Mikrobiologi. www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/pdf/Jurnal_PATPI/ (diakses 15 Maret 2011)

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar